Strategi Pembelajaran Humanistik
Oleh Ch. Dwi Anugrah
Melihat berbagai fenomena yang terjadi selama
ini, menjadikan bangsa Indonesia menjadi semakin dewasa. Mulai dari hal-hal
yang kecil sampai masalah yang lebih luas. Menyimak perputaran waktu dari hari
ke hari, paling tidak semua komponen bangsa ini termasuk guru di dalamnya perlu
selalu punya komitmen untuk perbaikan diri. Guna menunjang keberhasilan
pembelajaran guru perlu mencari strategi pembelajaran yang dianggap efektif.
Dalam dunia pendidikan, strategi
pembelajaran dapat dimaknai sebagai
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta
didik agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara efektif dan efisien (Kemp, 1995). Untuk itu, guna dapat
melaksanakan tugas secara profesional, seorang guru memerlukan wawasan yang mantap tentang berbagai kemungkinan strategi
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, baik dalam arti efek
instruksional maupun efek pengiring, yang ingin dicapai berdasarkan rumusan-rumusan tujuan pendidikan
yang utuh.
Salah satu stategi pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah stategi
humanistik. Menurut teori humanistik belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia. Teori belajar humanistik sifatnya abstrak dan
lebih mendekaji kajian filsafat. Teori ini lebih banyak berbicara tentang
konsep-konsep. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses
yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Memanusiakan
manusia, yakni untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi
diri orang yang belajar secara optimal. Dal hal ini, maka teori humanistik ini
bersifat eklektik (memanfaatkan / merangkum semua teori apapun dengan tujuan
untuk memanusiakan manusia).
Salah
satu ide penting dalam teori belajar humanistik adalah peserta didik harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan
sendiri perilakunya dalam belajar (self
regulated learning), apa yang akan dipelajari dan sampai tingkatan mana,
kapan dan bagaimana mereka akan belajar. Peserta didik belajar mengarahkan sekaligus memotivasi diri
sendiri dalam belajar daripada sekadar menjadi penerima pasif dalam proses
belajar. Peserta didik juga belajar
menilai kegunaan belajar itu bagi dirinya sendiri.
Aliran humanistik memandang belajar sebagai
sebuah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh bagian atau
domain yang ada yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan
kata lain, pendekatan humanistik menekankan pentingnya emosi atau perasaan,
komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap peserta didik.
Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah
nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, peran guru disarankan untuk menekankan nilai-nilai
kerjasama, saling membantu, mengedepankan kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan
dalam proses pembelajaran.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau
spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi
peserta didik. Di samping itu guru perlu memberikan motivasi, kesadaran
mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Adapun yang tak kalah
pentingnya, guru perlu memfasilitasi pengalaman belajar dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Dalam hal ini, piswa berperan sebagai pelaku utama (stundent
center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan
peserta didik memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.
Adapun kelebihan strategi pembelajaran humanistik ini
adalah pertama, teori ini cocok untuk
diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian,
hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Kedua, indikator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah peserta didik merasa
senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Ketiga, peserta didik diharapkan
menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
Dengan demikian startegi pembelajaran humanistik dalam
kegiatan pembelajaran cenderung mendorong peserta didik berpikir induktif yakni
pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang
bersifat khusus kemudian diteliti dan akhirnya ditemukan pemecahan persoalan
yang bersifat umum. Di samping itu, dalam pembelajaran humanistik cenderung
mengedepankan faktor pengalaman dan
keterlibatan peserta didik secara aktif dalam belajar.
Drs. Ch. Dwi Anugrah,
M.Pd.
Pendamping Seni Budaya
SMK Wiyasa Magelang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar