Kamis, 07 Juli 2016

Pembelajaran Humanistik

Strategi Pembelajaran Humanistik



Oleh Ch. Dwi Anugrah

Melihat berbagai fenomena yang terjadi selama ini, menjadikan bangsa Indonesia menjadi semakin dewasa. Mulai dari hal-hal yang kecil sampai masalah yang lebih luas. Menyimak perputaran waktu dari hari ke hari, paling tidak semua komponen bangsa ini termasuk guru di dalamnya perlu selalu punya komitmen untuk perbaikan diri. Guna menunjang keberhasilan pembelajaran guru perlu mencari strategi pembelajaran yang dianggap efektif.
Dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran dapat dimaknai sebagai  suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik  agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien (Kemp, 1995). Untuk itu, guna dapat melaksanakan tugas secara profesional, seorang guru memerlukan  wawasan yang mantap  tentang berbagai kemungkinan strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, baik dalam arti efek instruksional maupun efek pengiring, yang ingin dicapai  berdasarkan rumusan-rumusan tujuan pendidikan yang utuh.
Salah satu stategi pembelajaran  yang dapat diterapkan guru adalah stategi humanistik. Menurut teori humanistik belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori belajar humanistik sifatnya abstrak dan lebih mendekaji kajian filsafat. Teori ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia, yakni untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Dal hal ini, maka teori humanistik ini bersifat eklektik (memanfaatkan / merangkum semua teori apapun dengan tujuan untuk memanusiakan manusia).
Salah satu ide penting dalam teori belajar humanistik adalah peserta didik  harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar (self regulated learning), apa yang akan dipelajari dan sampai tingkatan mana, kapan dan bagaimana mereka akan belajar. Peserta didik  belajar mengarahkan sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekadar menjadi penerima pasif dalam proses belajar. Peserta didik  juga belajar menilai kegunaan belajar itu bagi dirinya sendiri.
Aliran humanistik memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, peran guru   disarankan untuk menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, mengedepankan  kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi peserta didik. Di samping itu   guru perlu memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Adapun yang tak kalah pentingnya, guru perlu memfasilitasi pengalaman belajar dan mendampingi  peserta didik  untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Dalam hal ini, piswa berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik  memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Adapun kelebihan strategi pembelajaran humanistik ini adalah pertama, teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Kedua, indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah peserta didik  merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Ketiga, peserta didik  diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
Dengan demikian startegi pembelajaran humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong peserta didik berpikir induktif yakni pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti dan akhirnya ditemukan pemecahan persoalan yang bersifat umum. Di samping itu, dalam pembelajaran humanistik cenderung mengedepankan  faktor pengalaman dan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam belajar.

Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd.
Pendamping Seni Budaya
SMK Wiyasa Magelang



Tidak ada komentar:

Posting Komentar