Melatih Peserta Didik Berpendapat
Oleh
Ch. Dwi Anugrah
Seperti
diketahui soal-soal ulangan umum (uji kompetensi) selalu dibuat guru haik dalam
bentuk esai ataupun uraian. Guru sebagai pendamping membuat soal  antara lima 
sampai sepuluh soal Kemudian pesera didik 
menjawab  pada sehelai kertas
uraian. Dari lembar jawaban tersebut memungkinkan  guru  untuk melihat beberapa hal terkait dengan  pekerjaan 
yang diberikan kepada peserta didik, di antaranya tulisan bisa dibaca
atau tidak, betul tidaknya cara  penulisan,
penggunaan huruf kapital  atau kecil,
kalimatnya runtut atau tidak, dan apakah 
jawabannya benar atau kurang proporsional.
Bila ditelisik
ternyata  banyak aspek  yang dapat dilihat dari  jawaban peserta didik tersebut. Tulisan
peserta didik jelas atau tidak  sangat
dipengaruhi oleh  cara guru mengajarkan
menulis saat  peserta didik  duduk di kelas satu SD atau TK. Guru yang
teliti akan  berkeliling kelas  untuk mengetahui  apakah peserta didiknya memegang pensil atau
alat tulis dengan benar.
Soal berbentuk
uraian mempunyai kelebihan yaitu dari jawaban peserta didik akan terungkap
banyak  hal yang merupakan feed back  kepada guru sejauh mana pembelajarannya
berhasil. Yang terpenting di sini  perlunya
peserta didik dibiasakan mengemukakan pendapatnya. 
Dari sisi
cakupan materi  kelemahan soal  semacam itu ialah  tidak semua 
materi terungkap  karena
jumlah  soal yang terbatas. Soal
berbentuk uraian  mudah membuat soalnya
tetapi teknis koreksinya memakan waktu cukup lama. Guru yang tidak tekun dan
cermat akan  cepat-cepat memberi nilai
tanpa  membaca secara detail.
Sedangkan
sekarang  ini hampir semua soal  berbentuk 
pilihan ganda. Peserta didik tinggal memilih jawaban yang paling tepat
sesuai dengan opsi yang telah tersedia. Peserta didik pandai akan  memikirkan mendalam    sampai 
menemukan jawaban yang paling 
tepat. Sebaliknya      peserta
didik    yang     kurang    pandai 
akan asal jawab saja, atau menggunakan cara spekulasi. Karena “aji pengawurannya”
itu, kadang mereka lebih dulu selesai dibanding dengan mereka yang serius. Repotnya jawaban peserta didik yang asal saja tersebut, ternyata benar. Jadi nilai jawab soal pilihan ganda belum tentu mencerminkan kapabilitas peserta didik menguasai materi pelajaran.
itu, kadang mereka lebih dulu selesai dibanding dengan mereka yang serius. Repotnya jawaban peserta didik yang asal saja tersebut, ternyata benar. Jadi nilai jawab soal pilihan ganda belum tentu mencerminkan kapabilitas peserta didik menguasai materi pelajaran.
Terlepas  dari plus minusnya soal uraian dan pilihan
ganda, disadari  bersama bahwa soal-soal
tersebut substansinya adalah agar peserta didik bisa berlatih mengemukakan
pendapat atau ide-idenya. Karena tak bisa dipungkiri,  tuangan buah pikiran peserta didik menggambarkan  luas dan sempitnya serta keruntutan cara
berpikir mereka. Bila peserta didik tidak dibiasakan berpendapat, maka
kemampuan mereka  dengan isi yang
berkualitas juga  akan berkurang. Bila
mereka dibiasakan  berpendapat yang
tersusun dalam kalimat yang runtut menunjukkan 
bahwa cara berpikirnya juga runtut.
Dengan demikian guru  perlu memberikan pendampingan agar potensi
peserta didik berpendapat ini dapat dioptimalkan baik di dalam maupun di luar
kelas. Kiat-kiatnya bisa dilakukan, seperti pada saat apersepsi (membuka
pelajaran) guru menugaskan peserta didik untuk membuat resume (ringkasan) dan
manfaat pelajaran yang diberikan minggu kemarin. Atau pada akhir pelajaran,  saat refleksi peserta didik dimohon untuk
menanggapi materi yang diberikan atau kritik dan saran dengan berbicara di
kelas. 
Atau bisa juga,
guru menugaskan saat pelajaran berlangsung agar masing-masing peserta didik
membuat minimal 2 (dua) pertanyaan kepada guru untuk  didiskusikan di kelas. Dengan cara demikian,
pelajaran yang diberikan guru merupakan media dialogis. Pelajaran akan menjadi
menarik, karena semua pro aktif. Dan, yang paling berharga adalah peserta didik
merasa didengarkan. Tak kalah pentingnya nuansa pembelajaran partisipatif sudah
dapat tercipta tanpa ada tekanan struktural.
Drs. Ch. Dwi Anugrah,
M.Pd.
Pendamping Seni Budaya
SMK Wiyasa Magelang
Alumni Magister
Pendidikan
Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta 

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar