Rabu, 06 Juli 2016

Peserta Didik Berpendapat

Melatih Peserta Didik Berpendapat



Oleh
Ch. Dwi Anugrah

Seperti diketahui soal-soal ulangan umum (uji kompetensi) selalu dibuat guru haik dalam bentuk esai ataupun uraian. Guru sebagai pendamping membuat soal  antara lima sampai sepuluh soal Kemudian pesera didik  menjawab  pada sehelai kertas uraian. Dari lembar jawaban tersebut memungkinkan  guru  untuk melihat beberapa hal terkait dengan  pekerjaan  yang diberikan kepada peserta didik, di antaranya tulisan bisa dibaca atau tidak, betul tidaknya cara  penulisan, penggunaan huruf kapital  atau kecil, kalimatnya runtut atau tidak, dan apakah  jawabannya benar atau kurang proporsional.
Bila ditelisik ternyata  banyak aspek  yang dapat dilihat dari  jawaban peserta didik tersebut. Tulisan peserta didik jelas atau tidak  sangat dipengaruhi oleh  cara guru mengajarkan menulis saat  peserta didik  duduk di kelas satu SD atau TK. Guru yang teliti akan  berkeliling kelas  untuk mengetahui  apakah peserta didiknya memegang pensil atau alat tulis dengan benar.
Soal berbentuk uraian mempunyai kelebihan yaitu dari jawaban peserta didik akan terungkap banyak  hal yang merupakan feed back  kepada guru sejauh mana pembelajarannya berhasil. Yang terpenting di sini  perlunya peserta didik dibiasakan mengemukakan pendapatnya.
Dari sisi cakupan materi  kelemahan soal  semacam itu ialah  tidak semua  materi terungkap  karena jumlah  soal yang terbatas. Soal berbentuk uraian  mudah membuat soalnya tetapi teknis koreksinya memakan waktu cukup lama. Guru yang tidak tekun dan cermat akan  cepat-cepat memberi nilai tanpa  membaca secara detail.
Sedangkan sekarang  ini hampir semua soal  berbentuk  pilihan ganda. Peserta didik tinggal memilih jawaban yang paling tepat sesuai dengan opsi yang telah tersedia. Peserta didik pandai akan  memikirkan mendalam    sampai  menemukan jawaban yang paling  tepat. Sebaliknya      peserta didik    yang     kurang    pandai  akan asal jawab saja, atau menggunakan cara spekulasi. Karena “aji pengawurannya”
 itu,  kadang  mereka   lebih dulu    selesai      dibanding   dengan mereka yang serius. Repotnya jawaban peserta didik yang asal saja tersebut, ternyata benar. Jadi nilai jawab soal pilihan ganda  belum tentu mencerminkan kapabilitas peserta didik menguasai materi pelajaran.
Terlepas  dari plus minusnya soal uraian dan pilihan ganda, disadari  bersama bahwa soal-soal tersebut substansinya adalah agar peserta didik bisa berlatih mengemukakan pendapat atau ide-idenya. Karena tak bisa dipungkiri,  tuangan buah pikiran peserta didik menggambarkan  luas dan sempitnya serta keruntutan cara berpikir mereka. Bila peserta didik tidak dibiasakan berpendapat, maka kemampuan mereka  dengan isi yang berkualitas juga  akan berkurang. Bila mereka dibiasakan  berpendapat yang tersusun dalam kalimat yang runtut menunjukkan  bahwa cara berpikirnya juga runtut.
Dengan demikian guru  perlu memberikan pendampingan agar potensi peserta didik berpendapat ini dapat dioptimalkan baik di dalam maupun di luar kelas. Kiat-kiatnya bisa dilakukan, seperti pada saat apersepsi (membuka pelajaran) guru menugaskan peserta didik untuk membuat resume (ringkasan) dan manfaat pelajaran yang diberikan minggu kemarin. Atau pada akhir pelajaran,  saat refleksi peserta didik dimohon untuk menanggapi materi yang diberikan atau kritik dan saran dengan berbicara di kelas.
Atau bisa juga, guru menugaskan saat pelajaran berlangsung agar masing-masing peserta didik membuat minimal 2 (dua) pertanyaan kepada guru untuk  didiskusikan di kelas. Dengan cara demikian, pelajaran yang diberikan guru merupakan media dialogis. Pelajaran akan menjadi menarik, karena semua pro aktif. Dan, yang paling berharga adalah peserta didik merasa didengarkan. Tak kalah pentingnya nuansa pembelajaran partisipatif sudah dapat tercipta tanpa ada tekanan struktural.

Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd.
Pendamping Seni Budaya
SMK Wiyasa Magelang
Alumni Magister Pendidikan

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar